CINTA HUJAN ABADI ( Part III- End )
Bibir ku membisu serta mata aku membengkak karena mata aku tak kunjung henti turunkan serpihan kesedihan pilu di hati. Semua orang telah pergi dari pemakaman ini. Hanya aku dan kursi roda yang masih termenung menatapi ukiran nama di nisan seakan-akan tidak percaya karna terlalu cepat terjadi. Kubaca sekali lagi nama itu dengan lemah Ellang Saputra Aditya Pratama bin Rian Nugraha Pratama. Aku turun dari kursi roda. Kupegang nisan itu dan menangis di pusaran makam ellang. “ Ellang, cintaku kenapa kau pergi begitu cepat. Meninggalkan diriku dalam kehampaan sendiri. Namun apa daya semua ini telah terjadi.”sedihku Sekilas terbayang masa yang indah silam. Menyentuh tulus direlung hati terdalam. Saat kau hadir dalam hidupku terasa indah. Saat-saat yg indah, saat masih bersamamu dan mewarnai dunia. Di tengah aku mengingat masa-masa dengannya. Angin sejuk berhembus berlalu menyapaku. Entah kenapa saat itu aku merasakan seolah-olah Ellang berada di situ. “Sapu, makasih buat semuanya. Mak