CINTA HUJAN ABADI ( Part III- End )

 

Bibir ku membisu serta mata aku membengkak karena mata aku tak kunjung henti turunkan serpihan kesedihan pilu di hati. Semua orang telah pergi dari pemakaman ini. Hanya aku dan kursi roda yang masih termenung menatapi ukiran nama di nisan seakan-akan tidak percaya karna terlalu cepat terjadi. Kubaca sekali lagi nama itu dengan lemah Ellang Saputra Aditya Pratama bin Rian Nugraha Pratama. Aku turun dari kursi roda. Kupegang nisan itu dan menangis di pusaran makam ellang.

“ Ellang, cintaku kenapa kau pergi begitu cepat. Meninggalkan diriku dalam kehampaan sendiri. Namun apa daya semua ini telah terjadi.”sedihku

Sekilas terbayang masa yang indah silam. Menyentuh tulus direlung hati terdalam. Saat kau hadir dalam hidupku terasa indah. Saat-saat yg indah, saat masih bersamamu dan mewarnai dunia. Di tengah aku mengingat masa-masa dengannya. Angin sejuk berhembus berlalu menyapaku. Entah kenapa saat itu aku merasakan seolah-olah Ellang berada di situ.

“Sapu, makasih buat semuanya. Makasih udah menemani hari-hari ku dengan gubahan mu menjadi ceria. Dan makasih udah menjaga ku dan menyayangi ku sepenuh jiwamu. Kini kau telah buktikan ucapan mu yang “Lebih baik aku mati dari pada harus kehilangan kamu”. Sungguh aku sayang kamu. Walaupun ragamu dan jiwamu telah pergi, namun cinta dan sayang ku padamu tetap abadi, seperti hujan abadi yang kita lihat bersama dulu.


“Vinn, kamu masih disini,”sesorang menyapaku.

Terllihat tangan orang di pundakku yang memakai gelang emas putih yang sama seperti aku kenakan. Aku terkejut dan cepat menoleh kebelakang. Dan ternyata..

“Rian, kamu koq disini ?.”tanya ku heran

“Iyah aku kesini dengan pak Firman. Aku selaku ketua osis mewakili seluruh warga SMA N 5 Lombok mngucapkan turut berduka cita yah. Kamu yang sabar ya. Setiap manusia pasti akan kembali ke asalnya” ucapnya

“iyah ian, makasih. Eh iya kenapa gelang itu bisa dengan kamu ?

“owh ini, kemarin gelang ini tertinggal di Lombok. Aku mau pulangin waktu itu, tapi melihat kondisi kamu. Aku urungkan niat itu. Nahh sekarang gelangnya aku bawa ke Jakarta, ini aku kembalikan,”ujar nya

Sesaat ku terdiam,”gag usah, kamu pakai aja dulu. Ntar aja lah pulanginnya,” jawabku sambil hendak naik ke kursi rodaku

“wahhh,, yang benar ? gelang sebagus ini buatku.

“bukan buat kamu, tapi sementra pakai aja. Ngertikan.”sela ku

“iyah. Itu maksud ku. Mari kita pergi dari sini, biarkan ellang tenang di sana,”jelasnya sambil mendorong kursi rodaku.

“ Iyah,” ucap ku.

aku pun pergi meninggalkan makam Ellang. Selamat tinggal cinta hujan abadiku,,!

 

 

 

Komentar

Postingan Populer